Langsung ke konten utama

Definisi Jual Beli Dan Dasar Hukumnya - Fiqih Muamalah Semester 3



A.   Definisi Jual Beli Dan Dasar Hukumnya
Pengertian Jual Beli
            Jual beli atau dalam bahasa arab (al’bai) menurut etimologi adalah :
Tukar-menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.[1] Jual beli menurut syara adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar-menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang.[2]
Jual beli adalah akad mu’awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang. Syafi’iyah dan Hanabilah mengemukakan bahwa objek jual beli bukan hanya barang (benda), tetapi juga manfaat, dengan syarat tukar menukar berlaku selamanya, bukan untuk sementara. Dengan demikian, ijarah (sewa-menyewa) tidak termasuk jual beli karena manfaat digunakan untuk sementara, yaitu selama waktu yang di tetapkan dalam perjanjian. Demikian pula iarah yang dilakukan timbal-balik (saling pinjam), tidak termasuk jual beli, karena pemanfaatannya hanya berlaku sementara waktu.
            Dasar hukum jual beli, merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan al-quran, sunnah, dan ijma para ulama. Dilihat dari asfek hukum, jual beli hukumnya mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara, adapun dasar hukum dari al-quran antara lain :
Surah Al-Baqarah (2) ayat 275 :
[3]وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا ۚ
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Surah Al-baqarah ayat (2) ayat 282 :

وَأَشْهِدُوا إِذَا تَبَايَعْتُمْ ۚ وَلَا يُضَارَّ كَاتِبٌ وَلَا شَهِيدٌ ۚ وَإِنْ تَفْعَلُوا فَإِنَّهُ فُسُوقٌ بِكُمْ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ ۗ [4]وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli, dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah mengajarmu, dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.
Surah An-Nissa (4) ayat 29 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوا [5]أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu.
B.     Rukun Jual Beli
Rukun jual beli menurut Hanafiyah adalah Ijab dan Qabul yang menunjukan sikap saling tukar-menukar, atau saling memberi. Atau dengan redaksi yang lain, Ijab Qabul adalah perbuatan yang menunjukan kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masing-masing kepada pihak lain, dengan gunakan perkataan atau perbuatan.
Menurut jumhur ulama rukun jual beli itu ada 4, yaitu :
a.       Penjual
b.      Pembeli
c.       Shighat
d.      Ma’qud Alaih (Objek akad)[6]

1.      Ijab dan Qabul adalah pernyataan yang disampaikan pertama oleh satu pihak yang menunjukan kerelaan, baik dinyatakan oleh penjual, maupun pembeli. Sedangkan Qabul adalah Pernyataan yang disebutkan kedua dari pembicaraan salah satu pihak yang melakukan akad.
2.      Shigat Ijab dan Qabul adalah bentuk ungkapan dari ijab dan qabul apabila akadnya akad iltizam yang dilakukan oleh dua pihak, atau ijab saja apabila akadnya akad iltijam yang dilakukan oleh satu pihak.
3.      Sifat Ijab dan Qabul adalah apabila ijab sudah diucapkan tetapi qabul belum keluar maka ijab belum mengikat. Apabila ijab sudah disambut dengan qabul maka proses selanjutnya.
4.      Aqid (Penjual dan Pembeli) adalah orang yang melakukan akad, yaitu penjual dan pembeli. Penjual dan Pembeli harus orang yang memiliki ahliyah (kecakapan) dan wilayah (kekuasaan).
5.      Ma’qud Alaih (Objek Akad Jual Beli) adalah barang yang dijual (mabi) dan harga atau uang (tsaman).


[1] Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al Islamiy Wa Adillatuh, juz 4, Dar Al-Fikr, Damaskus, 1989.
[2] Ali Fikri, op.cit.,hlm. 11.
[3] Referensi: https://tafsirweb.com/1041-surat-al-baqarah-ayat-275.html             
[4] Referensi: https://tafsirweb.com/1048-surat-al-baqarah-ayat-282.html
[5] Referensi: https://tafsirweb.com/1561-surat-an-nisa-ayat-29.html
[6] Wahbah Zuhaili, op.cit., juz 4, hlm. 347.

Komentar